MODUL 1:
Kompetensi Khusus:
Setelah mempelajari Modul 1, mahasiswa diharapkan
dapat menjelaskan pengertian dan keadaan umum mekanisasi pertanian serta menjelaskan hubungan mesin usahatani dan pertanian.
|
Pendahuluan
Mekanisasi pertanian adalah suatu cara untuk
meningkatkan efisiensi usaha pertanian. Peningkatan efisiensi tersebut meliputi produktivitas, mutu,
dan kontinuitas pasokan produk-produk pertanian
untuk selalu terus ditingkatkan dan dipelihara. Selain
efisiensi di atas tadi juga ada sisi lain yang harus juga ditingkatkan
efisiensinya yang meliputi: efisiensi lahan, tenaga kerja, energi, sumber daya
(benih, pupuk, air), kualitas komoditas, kesejahteraan petani, kelestarian
lingkungan dan produksi yang berkelanjutan.
Mekanisasi pertanian dalam kerangka pembangunan
pertanian di Indonesia memiliki peran yang strategis yang meliputi peningkatan
produktivitas, efisiensi kerja, produksi, diversifikasi, kualitas dan nilai
tambah, pengembangan pertanian maju dan peningkatan lapangan kerja karena mekanisasi
merupakan aplikasi ilmu teknik untuk mengembangkan dan mengorganisasikan
operasi pertanian atau suatu introduksi dan penggunaan alat mekanis untuk operasi
pertanian.
Menurut hasil Simposium Mekanisasi Pertanian tahun 1967
di Ciawi, Bogor, Jawa Barat, ilmu mekanisasi pertanian adalah ilmu yang
mempelajari penguasaan dan pemanfaatan bahan dan tenaga alam untuk
mengembangkan daya kerja manusia dalam bidang pertanian, demi kesejahteraan
umat manusia. Pengertian pertanian dalam hal ini adalah pertanian dalam arti
yang seluas-luasnya. Menurut Prof. A. Moens (Agricultural University
Wageningen): “Mechanization of agriculture is the introduction and the
utilization of any mechanical aid to perform agricultural operations”. Menurut
Prof. Sunyoto (Universitas Gadjah Mada): “Agricultural Mechanization is defined
as the application of mechanical energy in agriculture, while agriculture
itself in broad sense is a science and method of plant and animal production, which
is useful for man kind, including all the processing activities of the products
to be used by man”.
Peralatan mekanis adalah semua jenis benda dan
perlengkapan yang digerakkan oleh manusia, hewan, motor bakar, motor listrik,
angin, air, atau sumber energi lainnya. Mekanisasi juga dapat didefinisikan
sebagai semua penerapan ilmu keteknikan untuk mengembangkan, mengatur, dan
mengontrol kegiatan produksi pertanian. Tujuan pokok mekanisasi di bidang
pertanian adalah: 1) meningkatkan produktivitas pekerja; 2) merubah karakter
pekerjaan pertanian, yaitu membuatnya menjadi tidak berat dan menarik; dan 3)
meningkatkan kuantitas dan kualitas hasil pertanian.
Smith dan Wilkes (1996) berpeendapat bahwa alat mekanis
adalah alat yang dapat bergerak dan mempunyai tenaga (manusia, hewan, motor
bakar/listrik, angin, air, dan sumber energi lain). Sedangkan operasi pertanian
merupakan usaha manusia mengubah karakteristik/posisi suatu objek. Misalnya,
tanah: diolah lalu ditanami; benih: dari gudang lalu disemai. Karakteristik
objek pertanian ditentukan oleh tipe aktivitas, besar aktivitas
(luasan/berat/jumlah), waktu (mulai-selesai), lamanya (jangka) waktu, hasil
(kuantitas-kualitas), biaya, beban kerja, pengaruh terhadap lingkungan, dan
sebagainya.
Namun demikian, ada sejumlah permasalahan yang
berhubungan dengan alat dan mesin pertanian (alsintan), antara lain: adanya mesin
tipe baru, bagaimana mengubah desain, bagaimana menguji komparatif/evaluasi, efisiensi
dan efektivitas, studi tentang tanah, desain model alsintan, faktor waktu dan
gerak, gaya bagian gerak (percepatan/ perlambatan), berat mesin dan
keseimbangan, getaran dan kelelahan, dan sebagainya.
Selain itu, tahapan produksi dan pemasaran alsin masih
dikoordinasi oleh American Society of
Agricultural Engineering (ASAE), sebuah lembaga internasional yang
berkedudukan di Amerika Serikat, yang telah melakukan kebijakan pilot mechines atau multilokasi, yang
meliputi pengujian fungsional, mekanis (struktural dan ketahanan/ durability), kebutuhan daya dan gaya-gaya
eksternal yang bekerja (bajak, dan sebagainya).
Kendala lain dalam penerapan mekanisasi di bidang
pertanian, di antaranya adalah: 1) lahan sempit; 2) rasio pekerja dengan lahan
yang tersedia kecil; 3) modal tidak tersedia; dan 4) laju pertumbuhan penduduk
semakin meningkat.
Sejarah
Mekanisasi Pertanian
Asal mula adanya mekanisasi di bidang pertanian dimulai
dari semakin bertambahnya jumlah penduduk bertambah dan kebutuhan pangan
bertambah sehingga bidang pertanian dan industri didorong untuk semakin semakin
berkembang. Namun pada sisi yang lain, tenaga manusia dan ternak yang dapat
digunakan semakin terbatas sehingga perlu introduksi alat dan mesin pertanian
(pra dan pasca panen).
Menurut Daywin et al. (1991), manusia sebagai sumber
daya adalah kurang efisien dan kurang efektif. Kemampuannya terbatas, sekitar
0.1 HP (horse power atau tenaga kuda)
untuk kerja terus menerus. Meski demikian, seperti di negara-negara berkembang
lainnya, di Indonesia daya manusia dan ternak masih memegang peranan penting. Penggunaan
traktor sebenarnya telah dimulai pada tahun 1914, hanya saja masih terbatas
pada usaha-usaha perkebunan. Sejak 1950, pemerintah mulai menaruh perhatian
dalam pengembangan daya mekanis. Mulai saat itu, perkembangan penggunaan daya
mekanis terutama pada bidang pengolahan hasil pertanian berkembang pesat.
Alat dan mesin pertanian sejak tahun 1970-an telah
banyak diproduksi di dalam negeri, khususnya yang tergolong dalam alat mekanis
pengolahan tanah, alat pemeliharaan tanaman, pompa air irigasi dan mesin
engolahan hasil pertanian. Produksi traktor tangan pada tahun 1987/1988
sebanyak 3.334 unit.
Pada dasarnya tujuan pokok mekanisasi di bidang
pertanian adalah untuk: 1) meningkatkan produktivitas pekerja; 2) merubah
karakter pekerjaan pertanian, yaitu membuatnya menjadi tidak berat dan menarik;
dan 3) meningkatkan kualitas kerja di lahan. Oleh karena itu, penggunaan alat
dan mesin pertanian dianggap sebagai salah satu alternatif untuk mengisi
kebutuhan tenaga dalam rangka peluasan areal, peningkatan intensitas tanam pada
lahan yang ada dan perbaikan pengelolaan pascapanen.
Tiga periode penggunaan tenaga di bidang pertanian
(menurut N.B. Walker dalam buku “Survey and Problems in Agricultural
Engineering”):
1. Periode
Tenaga Manusia (1850): a) membosankan; b) perbudakan; c) pendapatan per kapita
rendah; d) paling tidak 78 % penduduk bertani untuk memenuhi kebutuhan pangan negara;
dan e) surplus hasil pertanian jarang terjadi.
2. Periode
Tenaga Hewan (1850-1900): a) penggunaan tenaga hewan memberi pengaruh pada
penciptaan dan pengembangan mesin pertanian; b) jumlah penduduk di pertanian
berkurang; c) petani mempunyai pandangan untuk pengembangan industri pertanian;
d) perhatian pada penelitian di bidang pertanian meningkat; e) paling tidak 34 %
penduduk bertani untuk memenuhi kebutuhan pangan negara; dan f) efisiensi meningkat
dan surplus dapat tercapai.
3. Periode
Tenaga Mekanis (1900-sekarang): a) modal investasi mesin peralatan meningkat; b)
timbul permasalahan manajemen tenaga kerja; c) meningkatkan gaya hidup petani; d)
perkembangan di bidang keteknikan semakin meningkat; dan e) jumlah penduduk
yang bekerja di bidang pertanian semakin berkurang.
Berdasarkan latar belakang sejarah di atas, maka ruang
lingkup mekanisasi pertanian meliputi 6 (enam) bidang, yaitu: 1) bidang mesin
budidaya pertanian; 2) bidang teknik tanah dan air; 3) bidang lingkungan dan
bangunan pertanian; 4) bidang elektrifikasi pertanian; 5) bidang mesin-mesin
pengolahan pangan dan hasil pertanian; dan 6) bidang sistem dan manajemen
informasi pertanian.
Perbedaan Prinsip
Usahatani Padi Lahan Kering dan Lahan Basah
Menurut Daywin, Sitompul, dan Hidayat (1999), terdapat
sejumlah faktor yang membedakan usahatani di lahan kering dan basah, khususnya
untuk padi.
1. Lapisan
Kedap
Pengetahuan yang umum dalam pertanian lahan kering
menunjukkan bahwa pembentukan lapisan kedap di bawah lapisan topsoil atau lapisan olah harus
dihindarkan. Para petani lahan kering suka dan selalu mempertahankan “lahan
bebas lapisan kedap”.
Sebaliknya, bagi usahatani padi sawah di Asia, perlu
membentuk dan mempertahankan lapisan kedap yang oiptimum. Dalam sejarah
manusia, petani padi sawah menciptakan sistem penanaman dengan memindahkan
bibit dari pesemaian agar mereka dapat membentuk dan mempertahankan lapisan
kedap melalui operasi pelumpuran, dan agar pengendalian gulma dapat lebih baik
dan mudah, dibanding sistem penanaman dengan menebar langsung.
Tabel
2. Beda prinsip bertani di lahan kering
dan sawah.
|
Pertanian lahan
kering di Eropa dan Amerika (gandum, jagung, sayur-sayuran, dsb)
|
Pertanian padi
sawah di Asia (padi, gandum, sayur-sayuran, dsb)
|
Hujan tahunan
|
300-600
mm/tahun.
|
1500-3000
mm/tahun, maks. 4500 mm/tahun
|
Kedalaman olah
tanah
|
20-30 cm.
Makin dalam makin baik (olah tanah minimum).
|
10-15 cm.
Makin dangkal makin mudah dikerjakan. Kedalaman setelah pelumpuran 15-20 cm.
|
Datar dan
kerataan
|
Tidak perlu.
|
Benar-benar
datar dan rata. Rekomendasi Kementerian di Jepang untuk kedataran petak: ± 2,5 cm Þ ± 5
cm luas petak.
|
Galengan
|
Tidak perlu.
|
Sangat
diperlukan.
|
Luas petakan
|
Makin luas
makin baik.
|
Makin kecil
makin mudah dibuat datar secara tradisional: 0,1-0,3 ga & < 1
ha. Rekomendasi Kementerian: 50 m x 20 m Þ 100 m x 20-30
m Þ
|
Lapisan kedap
|
Tidak harus
terbentuk. Jika terbentuk, dihancurkan supaya akar tumbuh lebih baik.
|
Harus
terbentuk dan dipertahankan supaya tidak bocor air irigasi. Petani tidak suka
petakan bocor dan dalam.
|
Sumber: Daywin, Sitompul, dan Hidayat (1999)
Di daerah penanam padi, petani
menikmati sumur dangkal dengan muka air tanah yang tinggi untuk keperluan
sehari-hari sepanjang tahun sehingga lapisan kedap mempunyai fungsi yang sangat
penting:
a. Lapisan
kedap dengan kekerasan > 7 kgf/cm2, biasanya sebesar 10-20 kgf/cm2
dalam ‘cone index’ dengan ketebalan lapisan sekitar 10-15 cm, mampu mendukung
manusia, ternak, dan mesin.
b. Untuk
menghindarkan perkolasi yang berlebihan dari air irigasi, lapisan kedap dibuat
> 40 mm/hari ke dalam air tanah, ke dalam atau di bawah subsoil, karena perkolasi yang berlebihan berarti hilangnya pupuk
kandang dan pupuk buatan, yang dapat menyebabkan penurunan hasil.
c. Dengan
mempertahankan struktur yang optimum dari lapisan kedap, hasil yang lebih besar
dan stabil dapat dicapai dan meminimumkan hilangnya air irigasi dan pupuk.
2. Kedalaman
Pembajakan
Pertanian lahan kering modern biasa mengolah topsoil sedalam 20 cm atau hingga 30 cm,
dengan harapan pertumbuhan akar tanaman lebih baik yang mana membutuhkan air di
lapisan subsoil untuk hidup. Namun
untuk padi sawah, kedalaman pembajakan konvensional sejak adanya manusia dan
tenaga ternak hanya 10-15 cm. Karena itu selalu ada air irigasi yang cukup
tanaman di atas dan di dalam lapisan olah atau topsoil.
3. Kerataan
dan Ukuran Petakan Sawah
Petakan sawah harus benar-benar datar dan rata karena
sifat-sifat dan permukaan air, sementara lahan kering tidak perlu datar dan
rata. Nenek moyang petani di Asia, telah membuat banyak sawah dengan petakan
kecil sejauh mereka mampu karena petakan lebih kecil akan memudahkan membuat
lapisan olah datar dan rata.
Pada tahun 1970-an, kementerian di Jepang
merekomendasikan luas petakan sawah kurang dari 100 m x 20-30 m, dengan semua
saluran irigasi da drainasi berfungsi selama periode kematangan padi. Fasilitas
drainasi tidak selalu dibutuhkan pada usahatani lahan kering.
Mekanisasi dan Produksi
Pertanian
Produktivitas pertanian di Indonesia sudah saatnya
berubah dari pola tradisional menjadi pola modern yang ramah lingkungan.
Produktif tidak hanya di tataran on farm
tetapi juga harus di tataran off farm.
Pada level on farm yang harus mulai
berbenah adalah pada level peningkatan nilai produksi dan efisiensi. Efisiensi
di level on farm meliputi penggunaan
benih, pupuk, air dalam upaya yang sangat sinergis, artinya harus ada korelasi
dan hubungan yang seimbang antara ketiganya, sehingga diharapkan adanya
keterpaduan yang menguntungkan bagi petani.
Banyak kasus muncul akibat tidak sinerginya ketika
faktor tersebut seperti benih yang tidak
layak untuk dikembangkan, penggunaan pupuk dan pemakaian air yang berlebihan
sehingga berpengaruh pada konversi dan degradasi lahan.
Pada level off
farm, yang harus ditekankan adalah kemampuan pasokan komoditas, pengolahan
lanjutan serta industrialisasi pedesaan berbasis pertanian. Titik tekan
mekanisasi juga berpengaruh di sektor off
farm, dengan adanya sentuhan mekanisasi maka nilai tambah dari komoditas
akan lebih tinggi dari pada tanpa sentuhan. Sentuhan tersebut dapat berupa
pengolahan lanjutan seperti penyimpanan, pengemasan, dan alur pendistribusian
yang terpadu pada pemasaran komoditas.
Untuk mendukung keberlanjutan ini perlu adanya
pendampingan secara berkala, penyiapan infrastruktur yang memadai, dan
sosialisasi kepada masyarakat. Pendampingan secara berkala diwujudkan dengan
melakukan pelatihan-pelatihan kepada kelompok tani akan pentingnya mekanisasi
sesuai dengan pendekatan yang dijalankan. Pendekatan ini perlu dilakukan agar
program bisa mengalami keberlanjutan yang baik, tidak hanya sekadarnya saja.
Mengutip dari makalah komisi mekanisasi pertanian
dijelaskan bahwa pendekatan pengembangan mekanisasi pertanian ada 2 (dua) hal
yaitu:
1.
Holistik: pengembangan dalam
sistem holistik terpadu dan sinergi antara teknologi, prasarana dan
kelembagaan.
2.
Progresif: pengembangan secara
proaktif ke arah kemajuan melibatkan partisipasi stakeholder.
Penyiapan infrastruktur juga menjadi entri point dalam menjaga keberadaan
mekanisasi. Infrastruktur penting karena memiliki peran yang strategis dan
merupakan penunjang utama bagi penerapan mekanisasi pertanian. Lemahnya
infrastruktur dapat menimbulkan ancaman serius terhadap keberadaan mekanisasi
terutama dalam mendukung ketahanan pangan nasional. Seperti contoh pada program
swasembada dapat berjalan jika saja penerapan mekanisasi dan optimalisasi
infrastruktur pertanian dapat bersinergi menjadi kesatuan yang utuh di
lapangan.
Sosialisasi pengembangan program mekanisasi pertanian
dapat dilakukan dengan strategi benar tepat sasaran. Jadi pendekatan
sosialisasi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu pendekatan selektif dan
pendekatan partisipatif. Pendekatan selektif yaitu dengan pemilihan teknologi
disesuaikan dengan agroekosistem dan komoditas pertanian, sedangkan pendekatan
partisipatif yaitu dengan pengembangan yang mengikutsertakan partisipasi aktif
semua stakeholder.
Melihat dari adanya kebijakan sektor mekanisasi
pertanian yang memiliki keberpihakan pada masyarakat akan sungguh naif jika
hanya ada dalam tataran wacana saja. Sudah saatnya penerapan mekanisasi mulai
menjamah di kalangan masyarakat petani sebagai stakeholder utama penyedia pangan, tidak hanya dimiliki oleh
petani-petani besar. Untuk itu, semua arah kebijakan yang dijalankan oleh
pemerintah harus benar-benar tepat dan bermanfaat bagi pembangunan berlanjutan
sektor pertanian ini.
Tanpa adanya kesatuan dukungan dan sinergisitas semua
pihak yang saling bekerja bersama untuk kemajuan ini, niscaya prospek
pengembangan mekanisasi pertanian akan menjadi buah sejarah kegagalan yang akan
selalu diingat oleh generasi penerus kita mendatang. Sudah saatnya kita semua
mulai menerapkan kebijakan yang bersifat proaktif dan berpihak kepada
masyarakat dengan melibatkan partisipasi aktif stakeholder sehingga diharapkan mekanisasi pertanian lebih cepat
berkembang.
Balai Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Departemen
Pertanian atau Balitbangtan Deptan (2005) menyatakan bahwa dukungan mekanisasi
pertanian akan menjadi agenda pembangunan pertanian yang perlu diperhatikan
jika dikaitkan dengan program revitalisasi pertanian, yang mengisyaratkan kepada
tiga pilar utama, yaitu ketahanan pangan, pengembangan agribisnis, dan
kesejahteraan rakyat. Sektor pertanian selalu dikaitkan dengan ketiga hal
tersebut, karena merupakan sumber mata pencaharian yang sangat dominan bagi
lebih dari 50 % penduduknya.
Dari sumber penelitian yang didapat dapat dilihat bahwa
pada tahun 1999 lebih dari 65 % penduduk pedesaan yang hidup dari sektor
pertanian, menguasai lahan kurang dari 0,5 ha/keluarga dan berpenghasilan
antara Rp1.630.000,- sampai
Rp1.679.000,-/ tahun. Petani yang menguasai lahan antara 0,5 ha sampai
1,0 ha, memiliki penghasilan Rp2.650.000-Rp3.423.000/tahun. Sedangkan penduduk
desa yang tidak bekerja di sektor pertanian justru mempunyai penghasilan lebih
besar yaitu antara Rp3.138,000-Rp7.301.2000/tahun. Selain dari pada itu,
penduduk perkotaan yang memiliki pendapatan terendah, telah melampaui
pendapatan penduduk yang bekerja di sektor pertanian yang memiliki lahan > 1 ha, yaitu
Rp.4.650.000/tahun. Secara nasional penduduk perkotaan mempunyai pendapatan lebih
besar dari Rp. 4.600.000,-/tahun sampai dengan Rp. 9,264,500/tahun.
Dengan demikian, semakin jelas bahwa sektor pertanian
belum mampu memberikan pendapatan yang lebih baik meskipun pembangunan
pertanian telah dijadikan fokus utama pembangunan ekonomi pada masa lalu.
Karena itu revitalisasi pertanian menjadi jawaban untuk melakukan pembaharuan
yang lebih terarah dan fokus. Revitalisasi pertanian tidak akan berjalan bila
hanya dikerjakan sendiri oleh sector pertanian, tanpa melibatkan sektor lain
seperti infrastruktur, perdagangan, industri dan manufaktur. Pembangunan
pertanian perlu dibangun dengan skenario yang bulat sebagai fokus pembangunan
ekonomi.
Meskipun tarikan dari sektor industri semakin besar
sehingga tenaga kerja di sektor pertanian dirasakan berkurang di beberapa pusat-pusat
produksi yang berdekatan dengan kota besar, namun tampaknya kecepatan arus tenaga
kerja ke industri dan jasa, belum sepenuhnya mampu menurunkan persentase keterlibatan
tenaga kerja secara cepat, sementara ini sumbangan tenaga kerja pertanian pada
sektor ekonomi masih di atas 45 %. Faktor-faktor eksogenus tersebut masih
diperkuat lagi dengan makin berkurangnya daya dukung sumber daya lahan. Sampai
dengan tahun 1998 kurang lebih 10 juta ha lahan telah dieksplorasi untuk peningkatan
produksi beras setiap tahun.
Namun data yang ada masih harus dikoreksi dengan makin
meluasnya konversi lahan sawah produktif menjadi lahan industri khususnya di
Jawa, yang tidak bisa lagi untuk memproduksi beras dan pangan karbohidrat
lainnya. Sementara itu selama waktu 10 tahun (1983-1993), lahan pertanian di
Indonesia telah menurun sejumlah 1,3
juta ha dan 1 juta di antaranya adalah di Jawa dan Bali. Tambahan lagi
bencana El-Nino yang membawa dampak kekeringan, harus dipahami sebagai faktor
eksternal yang tidak bisa dicegah, namun perlu diwaspadai dan dipakai sebagai
indikator untuk melakukan suatu tindakan Early
Warning System.
Mekanisasi Pertanian sebagai supporting systems mempunyai peran vital untuk ikut mendukung
revitalisasi pertanian dalam arti yang luas, antara lain memberikan citra
pertanian Indonesia yang kuat dan tidak berkesan kumuh, mampu menjadi harapan sebagian
besar masyarakat yang menggantungkan hidupnya pada sektor ini sekaligus
menyediakan pangan yang cukup bagi seluruh masyarakat dan menghasilkan devisa
bagi tumbuhnya perekonomian negara dengan teknologi yang dibutuhkan. Karena itu
revitalisasi pertanian tidak dapat terpisah dari pembangunan infrastruktur,
kelembagaan, sumber daya manusia, pengembangan investasi dan permodalan dan
teknologi termasuk mekanisasi pertanian.
Dari aspek sumber daya manusia, statistik menunjukkan
bahwa tenaga kerja manusia untuk sektor pertanian dalam kurun waktu 1992-1997
telah mengalami penurunan dari 41 juta menjadi 34,5 juta orang. Penurunan lebih
kurang 10 % atau sekitar 2 % per tahun merupakan suatu gambaran bahwa pekerjaan
pertanian bukan pekerjaan yang menarik dan menjadi gantungan untuk dukungan
hidup utama. Untuk sub sektor pertanian tanaman pangan dan hortikultura, dalam
waktu 6 tahun tersebut berkurang 1,3
juta tenaga kerja per tahun. Semakin
menurunnya jumlah SDM yang terlibat justru semakin menunjukkan peningkatan
produktivitas tenaga kerja, namun belum tentu diimbangi dengan peningkatan
pendapatan petani.
Sebelum era krisis moneter tahun 1989-1995, telah
terjadi pergeseran tenaga kerja akibat pertumbuhan ekonomi yang memberi
kesempatan kerja lebih luas di sektor industri dan jasa. Hal ini memberi dampak
nyata berkurangnya pekerja sektor pertanian, baik secara proporsional tetapi
juga secara absolut seperti terlihat pada Tabel 3. Namun, proyeksi pada tahun
1998 diperkirakan terjadi perubahan peralihan tenaga kerja kembali ke sektor
pertanian karena lumpuhnya sektor industri pada masa terjadinya krisis moneter.
T abel 3.
Distribusi persentase tenaga kerja
di sektor pertanian dan jasa.1)
SEKTOR
|
1980
|
1985
|
1990
|
1995
|
19982)
|
Pertanian:
|
|
|
|
|
|
Orang
|
28.843.041
|
34.141.089
|
35.747.477
|
35.233.270
|
39.417.533
|
%
|
55,93
|
54,65
|
49,95
|
43,95
|
44,96
|
Industri:
|
|
|
|
|
|
Orang
|
5.133.391
|
6.281.049
|
9.030.101
|
10.985.507
|
9.933.288
|
%
|
9,96
|
10,06
|
12,63
|
13,71
|
11,73
|
Jasa:
|
|
|
|
|
|
Orang
|
17.251.387
|
21.613.239
|
26.112.890
|
33.809.283
|
22.725.436
|
%
|
34,11
|
35,29
|
37,42
|
42,34
|
43,71
|
Keterangan:
1) BPS 1995 dan 1998: Survei Angkatan Kerja Nasional 15 tahun ke atas.
2) Angka Proyeksi berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional.
Kebijakan Penggunaan
Alsintan
Alat dan mesin pertanian
telah digunakan dalam usaha tani tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan. Penggunaan alat dan mesin pertanian telah dirasakan manfaatnya oleh
petani khususnya tanaman pangan dalam mempercepat pengolahan tanah, pengendalian
hama, panen dan perontokan khususnya di daerah intensifikasi. Namun demikian
jumlah alat dan mesin pertanian masih sangat sedikit dibanding dengan luas
lahan yang ada. Ditinjau dari jumlah alat dan mesin yang digunakan, level
mekanisasi pertanian masih berada + 30 persen. Di samping itu pemakaian juga
belum optimum khususnya dalam Usaha Pengelolaan Jasa Alsintan (UPJA).Demikian
pula angka susut pascapanen juga masih
besar yaitu berkisar antara 12,5-23 %. Untuk komoditas perkebunan, mekanisasi
telah digunakan terutama untuk pengolahannya. Namun demikian lebih dari 65 %
komoditas perkebunan belum dapat diolah sehingga peluang pengembangan
mekanisasi untuk komoditas ini masih terbuka luas. Meskipun mekanisasi
pertanian juga telah digunakan di bidang peternakan terutama untuk pengolahan
pakan, penyediaan bibit dan pengolahan produk, namun jumlahnya masih jauh dari
kebutuhannya. Untuk komoditas hortikultura, mekanisasi mulai dari irigasi
sampai dengan pengolahan produk jadi masih belum mendapatkan perhatian yang
layak. Meskipun demikian beberapa prototipe alat dan mesin pasca panen
hortikultura telah tersedia dan siap untuk dikembangkan seperti mesin grader
buah, penggoreng vakum, perajang dan pengering.
Industri alsintan sudah
berkembang semenjak dua dekade terakhir khususnya untuk mencukupi kebutuhan
alat dan mesin pertanian padi. Kapasitas terpasang dari industri traktor lokal
sebenarnya lebih tinggi dari kebutuhan dalam negeri, namun karena kebijakan
makro dalam tarif, harga alsin, bunga bank dan subsidi atau kredit yang belum
sepenuhnya mendukung bagi industri maupun pemakai alsintan, maka perkembangan
industri dan penggunaan tumbuh lambat.
Untuk meningkatkan
produksi melalui peningkatan IP dari komoditas unggulan terpilih, diperlukan
tambahan jumlah alsin baik untuk tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan
peternakan. Guna memenuhi tambahan kebutuhan tersebut diperlukan dana dalam
bentuk investasi dan pengelolaan yang baik terutama melalui UPJA. Untuk
mendukung tanaman pangan dan hortikultura diperlukan tambahan investasi alat
dan mesin pertanian sebesar Rp60 T (triliun).
Target pengembangan alsin
untuk tanaman padi adalah hand
traktor, transplanter, weeder, pompa air, hand sprayer, reaper
(pemanen), thresher dryer, dan mesin
penggilingan padi. Untuk komoditas hortikultura, pengembangan mekanisasi
diarahkan pada mesin grader dan pemeras jeruk, perajang multiguna dan
penggoreng vakum untuk pisang serta traktor dan pompa air untuk bawang merah.
Sedangkan untuk tanaman perkebunan diarahkan pada pengembangan mesin untuk
pengolahan. Pengolahan pakan baik untuk unggas dan ruminansia merupakan
prioritas yang harus dilakukan sehingga mesin pengolahan pakan menjadi
prioritas pengembangan mekanisasi.
Dalam usaha meningkatkan
dukungan mekanisasi pertanian rangka pengembangan mekanisasi seperti diuraikan
di atas, kebijakan pengembangan mekanisasi pertanian harus mampu meningkatkan
produktivitas, efisiensi, mutu dan nilai tambah, mendorong tumbuhnya industri
alat dan mesin dalam negeri dan mendorong kemitraan antara industri besar dan
UKM. Strategi yang perlu ditempuh dalam pengembangan mekanisasi pertanian adalah
membangun industri pertanian di pedesaan berbasis mekanisasi pertanian pada
sentra produksi. Untuk itu diperlukan dukungan kebijakan untuk pengembangan
mekanisasi guna mendukung revitalisasi pertanian antara lain adalah: (1)
pengembangan infrastruktur; (2) mendorong berkembangnya industri alsin dalam
negeri dan (3) mengembangkan model skim kredit dan bantuan keuangan yang
mendorong tumbuhnya mekanisasi pertanian.
Ciri utama pertanian modern adalah produktivitas,
efisiensi, mutu dan kontinuitas pasokan yang terus menerus harus selalu
meningkat dan terpelihara. Produk-produk pertanian kita baik komoditas tanaman pangan
(hortikultura), perikanan, perkebunan dan peternakan menghadapi pasar dunia
yang telah dikemas dengan kualitas tinggi dan memiliki standar tertentu. Tentu saja
produk dengan mutu tinggi tersebut dihasilkan melalui suatu proses yang menggunakan
muatan teknologi standar. Indonesia menghadapi
persaingan yang keras
dan tajam tidak
hanya di dunia
tetapi bahkan di kawasan ASEAN. Mampukan kita memacu pertanian kita
menjadi sektor yang sejajar dengan tetangga dan dunia?
Keadaan di atas menunjukkan bahwa sektor pertanian akan
tetap penting dalam perekonomian dan berperan dalam pembangunan nasional,
terlebih jika wacana pembangunan yang terintegrasi antara pertanian, industri
dan perdagangan dipandang sebagai suatu sistem
entity yang utuh. Kaitan yang erat antara pertanian dan industri serta perdagangan
senantiasa menuntut berkembangnya kebijakan pembangunan pertanian yang dinamis
sejalan dengan transformasi perekonomian yang sedang terjadi. Dalam suasana
lingkungan strategis yang berubah cepat, penajaman arah kebijaksanaan dan
perencanaan pembangunan pada masa reformasi menjadi demikian penting.
Dengan mekanisasi pertanian diharapkan efisiensi dan
produktivitas penggunaan sumberdaya dapat ditingkatkan, selain agar ketepatan
waktu dalam aktivitas pertanian dapat lebih ditingkatkan. Pertanian merupakan
kegiatan yang tergantung pada musim. Pada saat musim tanam dan musim panen
tenaga kerja yang dibutuhkan sangat besar. Tetapi pada waktu lain tenaga kerja
kurang dibutuhkan dan ini mengakibatkan terjadinya pengangguran tak kentara.
Dengan mekanisasi pertanian semua aktivitas pertanian dapat diselesaikan dengan
lebih tepat waktu sehingga memberikan hasil yang lebih baik, di samping itu
penggunaan alat dan mesin pertanian dapat juga mengurangi kejenuhan dalam
pekerjaan petani dan tenaga kerja dapat dialokasikan untuk melakukan usaha tani
lain atau kegiatan di sektor lain yang sifatnya lebih kontinu.
Namun tidak semua teknologi dapat diadopsi danditerapkan
begitu saja karena pertanian di negara sumber teknologi mempunyai karakteristik
yang berbeda dengan negara kita, bahkan kondisi lahan pertanian di tiap daerah
juga berbeda-beda. Teknologi tersebut harus dipelajari, dimodifikasi,
dikembangkan, dan selanjutnya baru diterapkan ke dalam sistem pertanian kita.
Dalam hal ini peran kelembagaan sangatlah penting, baik dalam inovasi alat dan
mesin pertanian yang memenuhi kebutuhan petani maupun dalam pemberdayaan masyarakat. Lembaga-lembaga ini
juga dibutuhkan untuk menilai
respon sosial, ekonomi
masyarakat terhadap inovasi
teknologi, dan melakukan penyesuaian
dalam pengambilan kebijakan mekanisasi pertanian.
Alih
Teknologi Mekanisasi Pertanian di Indonesia
Mekanisasi pertanian pada dasarnya bertujuan untuk
meningkatkan efisiensi lahan dan tenaga kerja, meningkatkan luas lahan yang
dapat ditanami, menghemat energi dan sumberdaya (benih, pupuk, dan air),
meningkatkan efektivitas, produktivitas dan kualitas hasil pertanian,
mengurangi beban kerja petani, menjaga kelestarian lingkungan dan produksi
pertanian yang berkelanjutan, serta meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani
(Salokhe dan Ramalingam 1998).
Awal perkembangan mekanisasi pertanian di Indonesia
ditandai dengan pemanfaatan alat dan mesin pertanian peninggalan Belanda di
Sekon. Alat dan mesin pertanian peninggalan Belanda ini kemudian dipindahkan ke
Jawa dan digunakan untuk pengenalan serta pengembangan mekanisasi pertanian di
Indonesia. Pada tahun 1950-an mulai didirikan pool-pool traktor di berbagai
wilayah di Indonesia. Dengan bantuan pool traktor dan alat-alat pertanian ini,
dilakukan pembukaan lahan di berbagai daerah. Pada awal-awal perkembangan
mekanisasi pertanian ini, kita masih mengadopsi langsung teknologi dari negara
maju. Padahal kondisi lahan pertanian kita dan sistem usahataninya jauh berbeda
dengan negara asal teknologi. Akibatnya berbagai masalah timbul, seperti batas sawah
menjadi hilang dan lapisan bawah yang kedap air rusak. Harapan untuk
meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan juga tidak tercapai. Proses alih
teknologi seperti ini sering disebut sebagai material transfer.
Tabel 4. Jumlah dan kapasitas perusahaan alsintan
skala menengah tahun 2000.
No
|
Provinsi
|
Jumlah perusahaan
|
Kapsitas produksi (unit)
|
1
|
DI. Aceh
|
2
|
4.000
|
2
|
Sumatera Utara
|
2
|
3.000
|
3
|
DKI, Jakarta
|
6
|
20.000
|
4
|
Jawa Barat
|
8
|
35.000
|
5
|
Jawa Tengah
|
3
|
10.000
|
6
|
DI. Yogyakarta
|
2
|
20.000
|
7
|
Jawa Timur
|
6
|
30.000
|
8
|
Kalimantan Timur
|
1
|
2.000
|
9
|
Sulawesi Tengah
|
1
|
1.000
|
|
Jumlah
|
30
|
125.000
|
Sumber: Anon (2000)
Tabel 5. Perkembangan produksi industri alsintan.
No
|
Nama Alsintan
|
88/89
|
90/91
|
92/93
|
94/95
|
96/97
|
1
|
Traktor tangan
|
2.490
|
6.330
|
9.350
|
9.818
|
11.860
|
2
|
Traktor mini
|
14
|
20
|
36
|
38
|
50
|
3
|
Traktor besar
|
188
|
200
|
360
|
540
|
632
|
4
|
Mesin penumbuk padi
|
830
|
1.337
|
1.511
|
1.587
|
1.980
|
5
|
Mesin perontok padi
|
500
|
909
|
1.432
|
1.503
|
1.845
|
6
|
Polisher
|
150
|
665
|
1.050
|
1.213
|
1.560
|
7
|
RMU
|
400
|
468
|
11.300
|
1.638
|
2.010
|
8
|
Pompa irigasi
|
10.800
|
7.973
|
55.714
|
70.200
|
95.875
|
9
|
Alat penyemprot hama
|
-
|
-
|
-
|
390.500
|
556.000
|
Sumber: Lisyanto (2002)
Korelasi
antara Mekanisasi Pertanian dengan Kinerja Pertanian
1.
Korelasi antara Mekanisasi
Pertanian dengan Kinerja Sektor Pertanian
Seperti disebutkan sebelumnya, perkembangan mekanisasi
pertanian di Indonesia sudah dimulai sejak tahun 1950-an. Tetapi pada awal
perkembangannya, mekanisasi pertanian di Indonesia mengalami banyak hambatan
baik dalam hal teknis, ekonomis, maupun sosial. Penggunaan alsintan baru mengalami
peningkatan sejak tahun 1970-an karena kesadaran petani semakin tinggi akan manfaat
mekanisasi pertanian. Kesadaran ini juga merupakan kebijakan untuk program swasembada
beras waktu itu, sehingga semua usaha peningkatan produksi padi diupayakan
dengan prioritas tinggi, terutama pada pembangunan irigasi, penyuluhan, dan
perluasan areal pencetakan sawah baru.
Walaupun
pemakaian alsintan di
Indonesia terus mengalami
peningkatan dari tahun ke
tahun, tetapi tingkat mekanisasi di Indonesia masih ketinggalan dari negara-negara lain. Menurut
Alfan (1999), Indonesia masih sangat ketinggalan pada pengembangan traktor.
Pemakaian traktor di Indonesia hanya 0,005 kw/ha. AS 1,7 kw/ha, Belanda 3,6 kw/ha
dan Jepang 5,6 kw/ha. Rendahnya pemakaian traktor ini mencerminkan mekanisasi
pertanian yang masih rendah sehingga produktivitas pertanian kita jauh
ketinggalan dari negara-negara maju di atas.
Kehilangan hasil dalam pertanian masih besar dan
penanganan pascapanen juga kurang sehingga produk yang dihasilkan mutunya
kurang baik. Data BPS menunjukkan bahwa pada tahun 1986/87 susut pascapanen ada
pada angka 18-19 % dan terbesar pada panen dan perontokan masing-masing adalah
3 dan 5 %. Pada tahun 2004, Tjahyo Hutomo dkk. menunjukkan bahwa rendemen
penggilingan padi hanya mencapai rata- rata 59 %, sedangkan angka rendemen pada
proyeksi pengadaan pangan adalah 63 %. Suatu hal yang memiliki risiko tinggi
pada ketahananan pangan, dan hal ini bisa merupakan indikasi kelemahan pada
sistem kelembagaan perberasan nasional.
Tabel 6. Pemakaian alsintan di Indonesia pada periode
1973-2001.
Tahun
|
Jenis alsintan
|
||||||
|
Traktor roda 2
|
Traktor roda 4
|
Pompa air
|
Sprayer
|
Thresher
|
Mesin penggilingan padi
|
Rice milling unit (RMU)
|
1973
|
1.914
|
1.600
|
*
|
74.190
|
*
|
1.347
|
21.627
|
1981
|
4.843
|
3.850
|
*
|
418.237
|
*
|
15.149
|
*
|
1988
|
16.804
|
4.316
|
*
|
918.699
|
103.019
|
*
|
26.936
|
1990
|
23.431
|
4.524
|
*
|
1.061.338
|
147.509
|
*
|
31.301
|
1994
|
50.224
|
5.384
|
*
|
1.300.966
|
262.121
|
*
|
*
|
1995
|
53.867
|
6.124
|
*
|
1.387.233
|
300.141
|
*
|
40.038
|
1997
|
74.893
|
4.483
|
99.309
|
1.550.807
|
351.702
|
34.227
|
41.392
|
1998
|
81.108
|
4.656
|
117.116
|
1.642.686
|
367.250
|
37.071
|
42.551
|
2000
|
97.033
|
3.976
|
190.013
|
1.760.543
|
388.609
|
34.754
|
45.402
|
2001
|
84.664
|
3.711
|
215.774
|
1.562.217
|
340.654
|
32.309
|
39.996
|
Keterangan: *) Data tidak
tersedia
Sumber: Data tahun 1973-1995
bersumber dari Lisyanto, 2002.
Mekanisasi pertanian dapat meningkatkan produktivitas
pertanian melalui pengolahan lahan yang lebih baik, mengurangi kehilangan hasil
serta meningkatkan ketepatan waktu dalam aktivitas pertanian. Selama musim
tanam dan musim panen, permintaan tenaga kerja sangat besar. Dengan menggunakan
alat dan mesin pertanian pekerjaan ini dapat diselesaikan dengan baik dan tepat waktu. Dan tenaga kerja
manusia dapat dialokasikan untuk pekerjaan lain.
Tabel 7. Struktur ongkos per hektar usahatani di
Indonesia.
Keterangan
|
1994
|
1995
|
1996
|
1998/1999
|
Jumlah Produksi
(kg)
|
4,352
|
4,357
|
4,424
|
4,204
|
Nilai Produksi
(Rp)
|
1,483,920
|
1,818,749
|
1,941,620
|
5,110,629
|
Pengeluaran
(Rp):
|
|
|
|
|
Bibit
|
22,055
|
25,606
|
28,035
|
98,709
|
Pestisida
|
15,343
|
15,962
|
18,718
|
78,106
|
Pupuk
|
91,449
|
105,423
|
113,201
|
366,215
|
Upah buruh
|
239,550
|
280,801
|
301,689
|
627,498
|
Lainnya
|
98,979
|
105,488
|
109,402
|
146,449
|
Jumlah
Pengeluaran (Rp)
|
467,376
|
533,280
|
571,045
|
1,316,977
|
Pendapatan
Bersih (Rp)
|
1,016,544
|
1,285,469
|
1,370,575
|
3,793,652
|
Urban CPI
(1996=1)
|
0.85
|
0.93
|
1.00
|
2.02
|
Rural CPI
(1996=1)
|
0.82
|
0.93
|
1.00
|
2.57
|
Pendapatan
Bersih Riel di Perkotaan
|
1,195,934
|
1,382,225
|
1,370,575
|
1,878,046
|
Pendapatan
Bersih Riel di Perdesaan
|
1,239,688
|
1,382,225
|
1,370,575
|
1,476,129
|
Sumber: Buku Statistik
Indonesia 200, BPS (2001) dan Anon (2001)
2.
Korelasi antara Mekanisasi
Pertanian dengan Kinerja Usaha Tani
Melalui
struktur ongkos usaha
tani dapat dilihat
proporsi tiap input
pertanian terhadap biaya usaha tani. Pada Tabel 7. dapat dilihat
struktur ongkos per hektar usaha tani di Indonesia pada tahun 1994-1998/1999.
Proporsi terbesar pada biaya usahatani adalah upah buruh. Pada saat krisis,
tahun 1998/1999 pendapatan bersih petani mengalami peningkatan yang cukup
besar. Kenaikan ini terjadi karena harga barang-barang naik, termasuk harga
beras. Akan tetapi kenaikan pendapatan bersih
riil petani sebenarnya tidak
sebesar kenaikan pendapatan nominalnya.
Pendapatan bersih riil di rural hanya meningkat 7.7 persen dari tahun
sebelumnya.
Harapan dan Tantangan
Pengembangan Mekanisme Pertanian ke Depan
Alih teknologi mekanisasi pertanian telah berjalan di Indonesia
dengan didahului fase material transfer, dimana seluruh bentuk baik teknologi
dan pengetahuan diterapkan seperti yang berlaku di negara asal, namun fase ini
tidak memberikan hasil pengetahuan
kecuali pengalaman berhadapan dengan teknologi modern pada zaman itu.
Fase tersebut kemudian dilanjutkan dengan penyesuaian penyesuaian yang diadop melalui
design transfer dimana konsep, metodologi dan sistem sebagian besar masih tetap
menggunakan asli negara asal, hanyadilakukanpenyesuaiandalamskalaekonominya.
Yang terakhir, dengan perkembangan ilmu dan teknologi serta informasi yang
makin maju, secara bertahap, proses alih teknologi mekanisasi di Indonesia mencapai
tahap capacity transfer. Pada fase
ini, perencanaan, pengembangan dan perluasan mekanisasi pertanian dicoba
dilakukan sesuai dengan kemampuan adaptasi dan adopsi yang melibatkan lingkungan
sosial ekonomi.
Agar mekanisasi pertanian dapat berkembang dengan baik,
maka adopsi teknologi yang dilakukan harus tepat. Artinya, teknologi yang
diadopsi dari pihak luar harus dimodifikasi dan disesuaikan dengan kondisi
masyarakat Indonesia agar teknologi tersebut dapat diterima dan dimanfaatkan
dengan baik.
Untuk mengembangkan kelembagaan mekanisasi pertanian,
strategi yang dapat dilakukan antara lain: Pertama, membangun asosiasi petani
yang kuat agar melalui asosiasi ini dapat tercipta komunikasi antara pemerintah
dengan petani sehingga petani dapat menyalurkan aspirasi dan kepentingannya
dengan lebih baik.
Kedua, pemerintah perlu menetapkan kebijakan perdagangan
yang kondusif untuk mendukung perkembangan industri alsintan dalam negeri, dan
memeratakan distribusi alsintan di tiap wilayah Indonesia.
Ketiga, riset dan pengembangan harus ditingkatkan, dan kerjasama
antara lembaga riset pemerintah, swasta, universitas, serta lembaga riset asing
perlu dibina untuk meningkatkan inovasi teknologi Indonesia.
Keempat, mendirikan lembaga keuangan pertanian yang
memberi kemudahan bagi petani dalam
memperoleh kredit, baik itu sebagai modal usaha maupun untuk pembiayaan
aktivitas pertanian melalui skim kredit pertanian.
Kelima, memberikan pelatihan dan pendidikan bagi petani
agar petani mampu mengoperasikan alsintan dengan baik dan aman. Di samping itu,
pendidikan dan pelatihan dimaksudkan untuk meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan petani serta memajukan cara berpikir petani.
Keenam, mendirikan fasilitas produksi dan perbaikan
lokal agar desain dan produksi alsintan dapat dilakukan secara spesifik sesuai dengan
kondisi lahan setempat, mengurangi biaya transportasi ke petani, dan
meningkatkan penyerapan tenaga kerja di desa.
Ketujuh, meningkatkan jasa penyewaan alat dan mesin
pertanian agar petani kecil yang tidak sanggup membeli alsintan dapat
menggunakan alsintan dan mendapatkan
manfaat darinya. Dalam usaha sewa jasa alsintan, kemampuanmanajemen dan
profesionalisme kelompok tani dan KUD perlu ditingkatkan agar mampu mendapatkan
keuntungan dari usaha sewa jasa yang dilakukan.
Peran pemerintah sangat penting dalam menciptakan
kondisi dimana setiap pihak yang terlibat dalam mekanisasi pertanian dapat
memperoleh manfaat dan dapat berkembang. Dan tentu saja tujuan akhir dari
mekanisasi pertanian adalah untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi, serta
meningkatkan kesejahteraan petani dan masyarakat.
Soal Latihan dan Jawaban
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan ilmu
mekanisasi pertanian!
Jawaban:
Menurut
hasil Simposium Mekanisasi Pertanian tahun 1967 di Ciawi, Bogor, Jawa Barat,
ilmu mekanisasi pertanian adalah ilmu yang mempelajari penguasaan dan pemanfaatan
bahan dan tenaga alam untuk mengembangkan daya kerja manusia dalam bidang
pertanian, demi kesejahteraan umat manusia.
2. Sebutkan dan jelaskan 3 (tiga) perbedaan
prinsip antara usahatani padi lahan basah dan lahan kering!
Jawaban:
2.1. Lapisan Kedap
Lapisan kedap mempunyai fungsi yang sangat penting:
a. Lapisan
kedap dengan kekerasan > 7 kgf/cm2, biasanya sebesar 10-20 kgf/cm2
dalam ‘cone index’ dengan ketebalan lapisan sekitar 10-15 cm, mampu mendukung
manusia, ternak, dan mesin.
b. Untuk
menghindarkan perkolasi yang berlebihan dari air irigasi, lapisan kedap dibuat
> 40 mm/hari ke dalam air tanah, ke dalam atau di bawah subsoil, karena perkolasi yang berlebihan berarti hilangnya pupuk
kandang dan pupuk buatan, yang dapat menyebabkan penurunan hasil.
c. Dengan
mempertahankan struktur yang optimum dari lapisan kedap, hasil yang lebih besar
dan stabil dapat dicapai dan meminimumkan hilangnya air irigasi dan pupuk.
2.2. Kedalaman
Pembajakan
Di dalam pertanian lahan kering yang modern, adalah biasa untuk
mengolah topsoil sedalam 20 cm, atau
jika mungkin 30 cm, dengan harapan agar pertumbuhan akar tanaman lebih baik
yang mana membutuhkan air di lapisan subsoil
untuk hidup.
Akan tetapi untuk padi sawah, kedalaman pembajakan konvensional
sejak adanya manusia dan tenaga ternak hanya 10 sampai kurang dari 15 cm saja.
Karena itu selalu ada air irigasi yang cukup tanaman di atas dan di dalam
lapisan olah atau topsoil.
2.3. Kerataan
dan Ukuran Petakan Sawah
Petakan sawah harus benar-benar datar dan rata karena sifat-sifat
dan permukaan air, sementara lahan kering tidak perlu datar dan rata. Nenek
moyang petani di Asia, telah membuat banyak sawah dengan petakan kecil sejauh
mereka mampu karena petakan lebih kecil akan memudahkan membuat lapisan olah
datar dan rata. Pada tahun 1970-an, kementerian di Jepang merekomendasikan luas
petakan sawah kurang dari 100 m x 20-30 m, dengan semua saluran irigasi/drainasi
berfungsi selama periode kematangan padi. Fasilitas drainasi tidak selalu
dibutuhkan pada usahatani lahan kering.
3. Sebutkan 3 (tiga) kebijakan pengembangan
mekanisasi guna mendukung revitalisasi pertanian!
Jawaban:
Dukungan
kebijakan untuk pengembangan mekanisasi guna mendukung revitalisasi pertanian
antara lain: (1) pengembangan infrastruktur; (2) mendorong berkembangnya
industri alsin dalam negeri dan (3) mengembangkan model skim kredit dan bantuan
keuangan yang mendorong tumbuhnya mekanisasi pertanian.
4. Sebutkan 5 (lima) fungsi dari mekanisasi
pertanian dalam pembangunan pertanian!
Jawaban:
4.1. Mempertinggi efisiensi tenaga manusia;
4.2. Meningkatkan derajat hidup petani;
4.3. Menjamin kualitas, kuantitas, dan kapasitas
produksi pertanian;
4.4. Memungkinkan pertumbuhan pertanian untuk
kebutuhan keluarga (konsumtif) ke arah pertanian perusahaan (produktif);
4.5. mempercepat transisi bentuk ekonomi dari
sifat agraris ke industri.
5. Sebutkan permasalahan dalam pengembangan
mekanisasi pertanian!
Jawaban:
5.1. Luasan lahan
usahatani yang relatif sempit;
5.2. Rasio
pekerja dengan lahan yang tersedia kecil;
5.3. Modal
tidak tersedia atau terbatas; dan
5.4. Laju
petumbuhan penduduk semakin meningkat.
5.5. Pembuatan
mesin tipe baru;
5.6. Perbaikan
suatu mesin, pembuatan model baru dari mesin yang sudah ada atau perubahan desain
untuk mengurangi biaya pembuatan mesin tersebut;
5.7. Uji
komparatif dari beberapa mesin atau evaluasi untuk kerja dari suatu mesin;
5.8. Studi
tentang peningkatan efisiensi dan efektivitas penggunaan mesin yang ada.
Sebagai contoh, menentukan penyetelan yang tepat dan kondisi operasi dari suatu
mesin panen agar kerusakan biji dan susut seminimum mungkin;
5.9. Penelitian
dan studi tentang masalah fundamental yang tidak langsung berhubungan dengan
mesin tertentu, seperti studi mekanika tanah dalam hubungannya dengan
pengolahan tanah dan traksi;
5.10. Penelitian
desain model alsin dengan memperhitungkan faktor waktu dan gerak yang efisien,
gaya bagian gerak (percepatan/perlambatan), berat mesin dan keseimbangan,
getaran dan kelelahan, dan sebagainya;
5.11. Tahapan penelitian,
produksi, dan pemasaran alsin masih dikoordinasi oleh American Society of
Agricultural Engineering (ASAE);
Daftar
Pustaka
Alfan, Z., 1999. Mekanisasi, pemecahan masalah efisiensi
kerja petani. http://www.
indomedia.com/bpost/012000/20/opini/opini1.htm.
Bidang Infokom Imatetani
Unibraw, 2010. Mekanisasi pertanian: Kini dan nanti di Indonesia. Traksi: Nafas
pergerakan Imatetani. E-magazine Ikatan Mahasiswa Teknik
Pertanian Indonesia. Edisi 1/Tahun I/Juli 2010. Universitas Brawijaya. Malang,
Jawa Timur.
Badan Penelitian dan
Pengembangan Pertanian, 2005. Prospek dan
arah pengembangan agribisnis: Dukungan Aspek Mekanisasi Pertanian.
Departemen Pertanian. Jakarta.
Daywin, F. J., R. G.
Sitompul, dan I. Hidayat, 1999. Mesin-mesin
budidaya pertanian di lahan kering. Bogor, Jawa Barat: Academic Development
of the Graduate Program, The Faculty of Agricultural Engineering and
Technology, Institut Pertanian Bogor. JICA-DGHE/IPB Project/ADAET: JTA:
9a(132).
Faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas lapang. http://teknoperta.wordpress.com/2008/
09/15/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-lapang-2/.Diakses tanggal 30 November 2010.
Handaka, 2004. Inovasi mekanisasi pertanian berkelanjutan.
Suatu Alternatif Pemikiran.
Handaka dan Joyowinoto,
2002. Proses inovasi teknologi mekanisasi
pertanian di Indonesia. Balai Besar Pengembangan Mekanisasi Pertanian,
Badan Litbang Pertanian. Bogor, Jawa Barat.
Hermawan, W., 2010. Kinerja mesin-mesin pengolahan
tanah untuk penyiapan penanaman di lahan kering.
Prosiding Seminar Nasional Perteta
2010, Purwokerto, 10 Juli 2010: Revitalisasi Mekanisasi Pertanian dalam
Mendukung Ketahanan Pangan dan Energi. Purwokerto, Jawa Tengah.
Joyowinoto, 2004. Pengembangan mekanisasi pertanian kinerja
dan tinjauan kelembagaan.
Kapasitas lapang dan efisiensi peralatan. http://teknoperta.wordpress.com / 2 0
0 8/0 9/1 5/ faktor-faktor-yang-mempengaruhi-kapasitas-lapang-2/.
Lisyanto, 2002. Pengembangan teknologi berbasis pertanian:
Suatu modal kemandirian dalam menghadapi era global. Makalah Pengantar
Falsafah Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor. http://rudyct.tripod.com/sem1_023/
lisyanto.htm.
Nuswantara, B., 2002. Prospek bank pertanian di Indonesia: Kajian
falsafah sains terhadap skim kredit pertanian. Tugas Mata Kuliah Falsafah
Sains. Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Bogor, Jawa Barat.
Politeknik Banjarnegara,
2010. Mekanisasi pertanian.
Banjarnegara, Jawa Tengah.
PSP dan Departemen
Pertanian, 2003. Evaluasi dampak
deregulasi agroinput. Kerjasama PSP-IPB dan Departemen Pertanian, Jakarta.
Smith, H. P. dan L. H.
Wilkes, 1996. Mesin dan peralatan usaha
tani. Edisi keenam, cetakan kedua. T. Purwadi, penerjemah. G.
Tjitrosoepomo, editor. Judl asli: Farm machinery and equipment. Sixth edition (Harris Pearson Smith, 1976).
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press (Anggota IKAPI).
Soedjatmiko, dkk., 1995. Sejarah mekanisasi pertanian: Fakta, analisis,
masa depan. Kerjasama Asset
Professional-Jurusan Mekanisasi Pertanian, Institut Teknologi Indonesia.
Serpong.
Soemangat, 2003. Kebijaksanaan transfer inovasi mekanisasi
pertanian di tingkat pedesaan untuk pengembangan agrobisnis.
Soenarto, D., P. Gardjito,
M. Makbul, V. L. Tjandrakirana, dan K. Hidajat, 1969. Mekanisasi pertanian. Djakarta: PT. Soeroengan.
Soentoro, 1998. Pengembangan mekanisasi pertanian tinjauan aspek ekonomi dan kelembagaan.
Prosiding Perspektif Pemanfaatan Mekanisasi Pertanian dalam Peningkatan Daya
Saing Komoditas. Pusat Penelitian Sosial Ekonomi Pertanian. Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian.
Bogor, Jawa Barat.
The Library of Congress
Country Studies, 1998. Agriculture. http://reference. allrefer.com/
country-guide-study/southkorea.
BalasHapusSaya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
Nama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut
Artikel bagus, Pernahkah Anda mendengar LFDS (Le_Meridian Funding Service, Email: lfdsloans@outlook.com --WhatsApp Contact: +1-9893943740--lfdsloans@lemeridianfds.com) adalah ketika layanan pendanaan AS / Inggris mereka memberi saya pinjaman $ 95.000,00 untuk memulai bisnis saya dan saya telah membayar mereka setiap tahun selama dua tahun sekarang dan saya masih memiliki 2 tahun lagi walaupun saya senang bekerja dengan mereka karena mereka adalah Pemberi Pinjaman asli yang dapat memberi Anda segala jenis pinjaman.
BalasHapusNama saya, jayachandra fadhlan
BalasHapusdari Indonesia Saya seorang perancang busana dan saya ingin menggunakan media ini untuk memberi tahu semua orang agar berhati-hati dalam mendapatkan pinjaman di internet, begitu banyak pemberi pinjaman di sini untuk menipu orang. menipu Anda dengan uang hasil jerih payah Anda, saya mengajukan pinjaman untuk sekitar Rp900.000.000 wanita di Malaysia dan saya kehilangan sekitar 29 juta tanpa mengambil pinjaman, saya membayar hampir 29 juta masih saya tidak mendapatkan pinjaman dan bisnis saya tentang macet karena hutang. Ketika saya mencari perusahaan pinjaman yang dapat diandalkan, saya melihat iklan online lainnya dan nama perusahaan itu adalah PERUSAHAAN PINJAMAN KARINA ROLAND. Saya kehilangan 15 juta bersama mereka dan sampai hari ini, saya belum pernah menerima pinjaman yang saya usulkan. Teman baik saya yang mengajukan pinjaman juga menerima pinjaman, memperkenalkan saya ke perusahaan yang dapat dipercaya di mana Ibu KARINA bekerja sebagai manajer cabang, dan saya mengajukan pinjaman sebesar Rp900.000.000 dan mereka meminta kredensial saya, dan setelah itu mereka selesai memverifikasi rincian saya, pinjaman itu disetujui untuk saya dan saya pikir itu hanya lelucon, dan mungkin ini adalah salah satu tindakan curang yang membuat saya kehilangan uang, tetapi saya tertegun. Ketika saya mendapatkan pinjaman saya dalam waktu kurang dari 24 jam dengan tingkat bunga rendah 2% tanpa jaminan. Saya sangat senang bahwa ALLAH menggunakan teman saya yang menghubungi mereka dan memperkenalkan saya kepada mereka dan karena saya selamat membuat bisnis saya melambung tinggi di udara dan dilikuidasi dan sekarang bisnis saya terbang tinggi di Indonesia dan tidak ada yang akan mengatakannya. tahu tentang perusahaan mode. Jadi saya menyarankan semua orang yang tinggal di Indonesia dan negara lain yang membutuhkan pinjaman untuk satu tujuan atau yang lain untuk menghubungi Mrs. KARINA melalui email: (karinarolandloancompany@gmail.com) atau hanya Whatsapp +15857083478 Anda masih dapat menghubungi saya jika Anda memerlukan informasi lebih lanjut melalui email: (jayachandrafadhlan@gmail.com) Sekali lagi terima kasih telah membaca kesaksian saya, dan semoga ALLAH terus memberkati kami dan memberi kami umur panjang dan sejahtera.
Halo semuanya
BalasHapusNama saya JOSEPHINE JUMAWAN CABALLO, saya tinggal di orion bataan, phillipine. Saya ingin berterima kasih kepada ibu yang baik KARINA ROLAND karena telah membantu saya mendapatkan pinjaman yang baik setelah saya mengalami pinjaman pinjaman online palsu yang menipu saya untuk mendapatkan uang tanpa memberikan pinjaman, saya membutuhkan pinjaman selama 2 tahun yang lalu untuk memulai bisnis saya sendiri di kota orion bataan tempat saya tinggal dan saya jatuh ke tangan perusahaan palsu di dubai yang menipu saya dan tidak menawarkan saya pinjaman. dan saya sangat Frustrasted karena saya kehilangan semua uang saya ke perusahaan palsu di dubai, karena saya berutang bank dan teman-teman saya dan saya tidak punya apa-apa untuk dijalankan, pada hari yang sangat setia teman saya memanggil susan Ramirez setelah membaca kesaksiannya tentang bagaimana dia mendapat pinjaman dari Mrs. KARINA ROLAND LOAN COMPANY, jadi saya terpaksa menghubungi Susan Ramirez dan dia mengatakan kepada saya dan meyakinkan saya untuk menghubungi Mrs. KARINA ROLAND bahwa dia adalah ibu yang baik dan saya dipaksa untuk bersikap berani dan saya menghubungi Mrs. KARINA ROLAND dan saya terkejut dengan pinjaman saya yang diproses dan diteruskan dan dalam waktu 6 jam pinjaman saya ditransfer ke akun saya dan saya sangat terkejut bahwa ini adalah keajaiban dan saya harus memberikan informasi tentang kerja yang baik dari Ny. KARINA ROLAND jadi saya menyarankan semua orang yang membutuhkan pinjaman untuk menghubungi email Mrs. KARINA ROLAND LOAN COMPANY: (karinarolandloancompany@gmail.com) atau whatsapp hanya +1 (585) 708-3478 dan saya menjamin Anda bahwa Anda akan memberikan informasi seperti yang saya miliki selesai dan Anda juga dapat menghubungi saya untuk informasi lebih lanjut tentang Mrs.karina Roland email saya: (josephinejumawancaballo@gmail.com) semoga Tuhan terus memberkati dan mencintai ibu KARINA ROLAND untuk mengubah kehidupan finansial saya.
Saya telah berpikir bahwa semua perusahaan pinjaman online curang sampai saya bertemu dengan perusahaan pinjaman Suzan yang meminjamkan uang tanpa membayar lebih dulu.
BalasHapusNama saya Amisha, saya ingin menggunakan media ini untuk memperingatkan orang-orang yang mencari pinjaman internet di Asia dan di seluruh dunia untuk berhati-hati, karena mereka menipu dan meminjamkan pinjaman palsu di internet.
Saya ingin membagikan kesaksian saya tentang bagaimana seorang teman membawa saya ke pemberi pinjaman asli, setelah itu saya scammed oleh beberapa kreditor di internet. Saya hampir kehilangan harapan sampai saya bertemu kreditur terpercaya ini bernama perusahaan Suzan investment. Perusahaan suzan meminjamkan pinjaman tanpa jaminan sebesar 600 juta rupiah (Rp600.000.000) dalam waktu kurang dari 48 jam tanpa tekanan.
Saya sangat terkejut dan senang menerima pinjaman saya. Saya berjanji bahwa saya akan berbagi kabar baik sehingga orang bisa mendapatkan pinjaman mudah tanpa stres. Jadi jika Anda memerlukan pinjaman, hubungi mereka melalui email: (Suzaninvestment@gmail.com) Anda tidak akan kecewa mendapatkan pinjaman jika memenuhi persyaratan.
Anda juga bisa menghubungi saya: (Ammisha1213@gmail.com) jika Anda memerlukan bantuan atau informasi lebih lanjut